Jumat, 06 Januari 2012

CANGGIHNYA NAVIGASI BURUNG BERMIGRASI

CANGGIHNYA NAVIGASI BURUNG BERMIGRASI Berkat adanya teknik telemetri via satelit, berbagai hal yang terjadi selama perjalanan panjang burung-burung migrasi antarnegara dan antarbenua kini bisa terungkap. Suatu hari pada akhir Februari di Afrika, di pucuk sebatang pohon, seekor prenjak kutub muda sedang menanti matahari tenggelam. Ia mengamati dengan saksama titik hilangnya matahari di balik cakrawala. Ke sanalah ia harus pergi. Setengah jam kemudian ia sudah melesat terbang sendirian. Dua bulan kemudian, di akhir April, dia tiba di tempat tujuan: sebuah telaga kecil di barat Muenchen, tempat ia dulu dilahirkan. Formasi khusus Diperkirakan, sekitar 50 miliar ekor burung di dunia melakukan migrasi secara rutin. Rata-rata mereka terbang berkelompok dengan formasi khas. Jalak afrika dan gelatik terbang dalam kelompok. Burung terik dan merpati terbang dalam barisan yang lebih panjang dan lebih banyak. Angsa dan burung jenis lain terbang berurutan membentuk huruf V; yang di ujung depan bertindak sebagai komandan barisan meski jabatan ini senantiasa dipegang secara bergantian. Saat aplusan, komandan lama berpindah ke ujung barisan paling belakang. Pasalnya, tugas terbang paling depan itu sangat menguras tenaga. Sedangkan yang di belakang bisa menghemat sampai 20%. Para migran itu terbang dari tempat asalnya ke tempat tujuan untuk menghindari musim dingin, masing-masing dengan rutenya sendiri. Umumnya, burung Eropa bermigrasi tidak sampai keluar dari benua. Paling-paling mereka ke Prancis Barat atau Spanyol untuk menghindari musim dingin. Tapi, yang lain ada yang terbang terus sampai ke Afrika Utara. Bahkan ada yang sampai ke daerah dekat khatulistiwa atau Afrika Selatan. Itu pun dilakukan mengambil rute barat lewat Spanyol dan Gibraltar, atau mengambil rute timur melewati Balkan dan Asia Kecil. Tidak langsung melintasi Laut Tengah, sebagai rute tersingkat. Terutama jenis burung besar, biasanya menghindari laut terbuka, karena di atas laut tidak ada termik (aliran udara panas) yang dapat digunakan sebagai pendorong terbang mereka. Pada musim semi sekitar 500 juta burung migran terbang dari tempat berlibur musim dingin di Afrika, kembali ke Eropa dengan mengambil jalur lewat Israel. Di antaranya terdapat lebih dari 400.000 ekor bangau putih dan beberapa jenis elang. Dalam suatu rombongan besar yang panjangnya mencapai 10 km dan lebar beberapa ratus meter, mereka terbang melintasi negara itu. Banyak di antaranya yang ngetem, bahkan menetap menghabiskan musim panas di sana. Alat pemancar dan satelit Melihat rombongan yang begitu besar, sebenarnya hidup mereka terancam seperti dialami jenis bangau putih. Perlindungan terhadap jenis bangau ini sudah dilakukan oleh Lembaga Penelitian Burung Radolfzell (LPBR) dalam Proyek Bangau Putih. Untuk keperluan pengamatan, para ilmuwan menggunakan alat telemetri satelit. Pada punggung burung dipasang sebuah alat pemancar mini seberat 45 g yang berarus listrik tenaga surya. Pengiriman data dilakukan dengan bantuan sistem lokalisasi ARGOS. Setiap 60 detik, alat pemancar itu menyiarkan getaran yang akan ditangkap oleh kedua satelit yang ditempatkan pada ketinggian 870 km. Sementara mengorbit, satelit dapat menerima impuls sekitar 10 – 15 menit. Impuls yang diterima dikirim langsung ke stasiun penerima di Bumi, kemudian masuk ke salah satu dari dua Pusat Pengolahan Data di Toulouse (Prancis) atau Landover (AS). Di sini koordinat tempat pemancar di punggung bangau itu dihitung. Kemudian data itu diolah di komputer di LPBR. Dengan demikian perjalanan bangau putih selama penerbangan itu bisa diikuti dengan tepat. Alat pemancar yang ditempelkan pada punggung burung itu berada dalam kantung kecil dan dipasang demikian rupa sehingga tidak mengalangi gerak binatang itu. “Begitu dipasang, kantung mini itu langsung ‘menghilang’ di balik bulu-bulu punggung, dan burung itu pun sudah bisa terbang bebas seperti biasa,” jelas Prof. Peter Berthold, pimpinan LPBR. Kini sudah 53 ekor bangau diteliti dengan telemetri satelit. Dalam tahun 1993/1994, burung pertama dari enam yang dibekali pemancar mini bisa diikuti sampai ke Afrika Selatan dan Zambia saat terbang pulang. Berarti sampai sejauh 13.000 km! Setahun kemudian para peneliti malah bisa mengikuti seekor bangau sampai sejauh lebih dari 16.000 km ke Tanzania, dan juga dalam perjalanannya kembali. Untuk memperoleh gambaran lebih rinci bagaimana perilaku burung itu selama perjalanan, bangau yang sudah dilengkapi pemancar itu kadang juga diikuti dengan mobil atau pesawat kecil dan tambahan alat telemetri Bumi setempat. Penggunaan teknik telemetri satelit yang baru itu sudah memperlihatkan hasilnya. Kini para ahli secara terinci bisa membedakan, apakah seekor burung dalam rute perjalanan pergi atau pulang. Dari sini bisa disimpulkan, ternyata tidak mudah bagi burung itu menemukan jalan pulang ke “kampung halamannya”. Mereka harus bernavigasi. Usus dan hati mengecil Untuk menghindari kelelahan, burung sudah bersiap diri sebelum terbang lama. Mereka mengkonsumsi sejumlah besar makanan berkadar lemak tinggi sebagai “bahan bakar”. Otot sayapnya juga membesar. Selama terbang, usus mereka akan mengerut sepertiga dan hatinya mengecil. Selain meringankan beban tubuh saat terbang, lemak dari organ tubuh yang mengecil itu digunakan sebagai sumber energi tambahan. Begitu mereka tiba di tempat tujuan, organ tubuhnya kembali ke bentuk normal. Kekuatan tubuh burung pengembara ini hebat, tapi lebih hebat lagi kerja alat-alat inderanya. Tentu saja ini hanya bisa dilihat di laboratorium. Selama perjalanan jauh, semua burung pengembara mengembangkan apa yang disebut siaga kembara. Ini juga digunakan walau burung itu berada di kandang. Kemampuan ini terutama tampak menonjol pada burung yang biasa terbang malam. Aktivitas ini menjadi ukuran daya mengembara burung itu. Makin besar daya itu, makin jauh perjalanan yang dia lakukan. Mengenai waktu yang tepat untuk beristirahat atau berhenti dan mengakhiri perjalanan, itu menjadi tugas jam tubuh yang sudah diatur sepanjang hari itu. Orientasi arah terbang bagi setiap jenis burung juga sudah diprogram di dalam tubuhnya. Ini dibuktikan dalam eksperimen pakar biologi A.J. Helbig. Ia menukar prenjak pendeta yang ada di LPBR, yang biasa bermigrasi ke Afrika Timur atau sekitar Laut Tengah, dan yang memilih arah perjalanan berbeda (tenggara atau barat daya). Hasilnya, burung yang ditukar itu maunya langsung terbang ke selatan. Peralatan navigasi Untuk bisa dengan mulus sampai di Afrika, mengandalkan orientasi arah saja belum cukup. Bagaimana kalau teralang gunung tinggi atau ada arus angin yang berlawanan, misalnya? Ternyata burung memiliki alat navigasi lain yaitu kompas matahari. Ini “ditemukan” oleh Gustav Kramer, peneliti burung, pada 1950. Dengan kompas itu burung migran tidak akan kehilangan arah. Dengan bantuan jam tubuhnya, ia juga bisa memperhitungkan kalau matahari setiap jam bergerak makin tinggi membuat lengkungan sebesar 15°. Itu bagi burung yang terbang siang hari. Bagaimana bagi penerbang malam? Ternyata pada tubuh burung gelatik nila ditemukan kompas lain. Seorang zoolog AS, S.T. Emlen, berhasil membuktikannya tahun 1967. Saat melesat di kegelapan malam, burung itu ternyata menggunakan bintang sebagai kompas. Mereka mengorientasikan diri pada gerak putar keseluruhan bintang di langit. Di atas khatulistiwa, bintang-bintang tampak bergerak cepat. Tetapi mendekati kutub, kecepatannya berkurang. Tepat di atas kutub, bintang akan “berhenti”. Burung migrasi mengenal itu sebagai titik perputaran langit. Namun, bantuan orientasi terpenting bagi sebagian besar penerbang malam itu adalah magnet Bumi. Roswitha dan Wolfgang Wiltschko dari Institut Zoologi, Universitas Frankfurt, belum lama ini berhasil membuktikannya. Di bawah langit berbintang buatan di laboratorium, mereka menguji perilaku prenjak kutub dan sikatan dada putih, yang biasa terbang ke arah barat daya. Dalam serangkaian percobaan, burung-burung ini baru mampu menuju ke barat daya yang benar, ketika diberi tambahan kesempatan mengorientasikan diri pada medan magnet Bumi. Bila medan magnet diubah, mereka akan terbang ke selatan. Sudah lama orang mencari alat indera yang menyimpan kompas medan magnet Bumi itu. Para biolog dari Frankfurt, Elke Holtkamp-Rotzler dan Gerta Fleissner, menemukan sejumlah kristal magnetis renik pada kulit sebelah atas dekat paruh pada jenis burung merpati pos. Kristal magnetis ini berhubungan dengan otak yang penting peranannya sebagai alat orientasi. Apakah kristal magnetis itu yang berperan sebagai navigasi, masih belum jelas. Satu hal yang pasti, kompas magnet para burung itu berbeda fungsi: dia bukan membedakan utara atau selatan seperti biasanya kompas, melainkan membedakan “arah kutub” dan “arah khatulistiwa”. Untuk itu kompas milik burung itu akan mencatat sudut inklinasi antara garis medan magnet dengan permukaan Bumi. Karena sudut ini berada lebih dekat ke garis khatulistiwa daripada ke kutub, maka burung itu senantiasa bisa tahu dengan tepat, pada garis lintang utara atau selatan berapa ia berada. Ketiga kompas ini masing-masing digunakan sesuai kebutuhan. Pada awal perjalanan, ia bernavigasi dengan kompas matahari atau bintang (tergantung berangkatnya siang atau malam hari). Lalu untuk orientasi perjalanan jarak jauh, ia menggunakan kompas magnet. Namun, bagaimana mereka bisa menemukan kembali dengan tepat tempat asalnya, hingga saat ini belum ada kesepakatan di kalangan ilmuwan. Ada yang meyakini kalau burung itu memiliki “peta” topografi di otaknya. Sedangkan yang lain memperkirakan burung itu berorientasi pada cahaya, tekanan udara, atau aroma lingkungan daerahnya. Bahaya yang mengintai Dengan “peralatan” navigasi, burung-burung migrasi itu benar-benar sudah dibekali perlengkapan optimal untuk perjalanan jauh. Walau demikian, pada musim semi sepertiga dari populasi burung itu tidak sampai kembali ke tempat kelahirannya. Banyak di antaranya yang menjadi korban ketika menghadapi berbagai bahaya dalam perjalanan panjangnya. Burung yang ketika berangkat tidak cukup mempersiapkan makanan atau di perjalanan tidak menemukan tempat istirahat yang cocok, biasanya tewas kelelahan. Sedangkan burung yang terlambat terbang, di “stasiun-stasiun” perhentian selama perjalanan, akan kesulitan mendapatkan makanan karena sudah dilahap habis burung lain yang berangkat lebih dulu. Selain itu, di beberapa negara seperti Prancis, Italia, dan Timur Dekat, burung-burung itu dianggap sebagai objek buruan. Atau dianggap sebagai sumber makanan seperti di Afrika. Sebagai binatang buruan saja, setiap tahun sekitar 20 juta ekor bebek di Amerika Utara, Eropa, dan di barat Asia menjadi korban. Kabel listrik juga merupakan bahaya yang mematikan bagi burung besar. Juga industri pertanian atau peternakan dan urbanisasi makin banyak menghancurkan tempat istirahat dan mencemarkan bahan-bahan makanan mereka. Masalah inilah yang membuat banyak organisasi dunia mulai memikirkan, mencari, dan menetapkan tempat baru bagi burung-burung migrasi. Israel banyak didatangi berbagai rombongan burung yang bersaing dengan pesawat militer negeri itu. Tak jarang terjadi tabrakan antara pesawat militer dan konvoi burung yang efek benturannya mirip bunyi ledakan senjata. Namun, dengan mempelajari ketinggian dan jalur terbang burung itu pakar burung Yossi Leshem menemukan, mereka hanya melewati jalur udara tertentu yang bisa dihindari lalu lintas pesawat. Kaum burung itu, entah jenis migran atau nonmigran, sebenarnya dikenal sebagai setengah kembara. Yaitu hanya sebagian dari populasi mereka yang bermigrasi, sedangkan yang lain melewati musim dingin di tempat asalnya. Termasuk kelompok ini adalah burung anis kuning, robin, kenari, dan gelatik batu. Apakah mereka kemudian secara turun-temurun menjadi jenis nonmigran atau migran, tergantung pada keadaan telur ketika dibentuk. Rupanya, ini strategi evolusi yang cerdik untuk mengamankan suatu keturunan: bila dalam suatu musim dingin hebat, banyak telur tidak menetas sampai kelangsungan hidup burung nonmigran berkurang banyak atau malah habis sama sekali. Namun, jenis yang bermigrasi masih tetap hidup. Percobaan silang sudah menunjukkan, bagaimana cepatnya sifat genetis burung itu bisa berubah: yaitu dari sekelompok populasi jenis prenjak pendeta yang tidak termasuk dalam kedua kelompok tadi (migran atau nonmigran), dalam 3 – 6 generasi sudah bisa ditentukan dengan jelas, mana yang akan jadi nonmigran dan mana yang migran. Mengapa ke Inggris? Beberapa tahun lalu, pada jenis burung yang sama yang sedang berada di bawah pengawasan pengamat burung, terlihat ada perubahan. Di musim gugur, kelompok prenjak pendeta itu tampak selalu terbang ke arah barat laut, ke arah Irlandia, Inggris, bukannya ke arah barat daya, ke Spanyol, seperti biasanya. Seakan mereka membuka rute terbang baru ke arah Inggris. Apakah “perubahan” arah ini memang bawaan dari lahir? Untuk memperoleh jawabannya, para peneliti burung di Radolfzell menangkap 40 ekor prenjak pendeta di Inggris, memindahkannya ke Bodensee, dan menahan beberapa pasang dalam kurungan. Pada musim semi, mereka sudah mempunyai keturunan yang sudah menunjukkan arah terbang ke Inggris seperti induknya. Ini merupakan bukti bahwa “pergantian arah” itu diatur secara genetis. Para peneliti penasaran untuk mencari tahu apa penyebab evolusi di sini. Perubahan genetis yang kebetulan dapat berkembang menjadi pencarian “rute terbang baru” itu bukan hanya karena musim dingin yang tidak terlalu hebat di Inggris. “Penyebab yang pasti adalah adanya gerakan nasional yang muncul di Inggris pada akhir Perang Dunia II. Di sana waktu itu ada kebiasaan memasang ‘meja burung’, berupa rumah kecil tempat menaruh makanan burung, yang biasa dipasang di halaman depan. Ini memberi burung suatu kehidupan seperti di dunia impian,” kata Peter Berthold. Walaupun ada kemampuan menyesuaikan diri yang mengagumkan itu, tetap saja 70% dari mereka terancam kematian. Ini akibat ulah manusia terhadap alam sekeliling, yang terjadi lebih cepat daripada antisipasi mekanisme genetis kaum burung itu. Burung pengembaralah yang terkena dampak paling kuat. Di samping membutuhkan daerah pengeraman, mereka juga butuh tempat istirahat dan tempat bermigrasi yang cocok. Lenyapnya mereka merupakan tolok ukur yang penting bagi keadaan lingkungan. Kaum burung jauh lebih peka daripada kita. Kalau mereka melakukan pengeraman lebih awal dan memilih rute perjalanan atau daerah migrasi baru, sebenarnya kita sudah harus curiga. Ada sesuatu. Kita memang harus lebih peka “mendengarkan” mereka. (Marianne Oerti/PM/Xn)

MENGENAL MERPATI POS

MENGENAL MERPATI POS Kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Untuk mengenal lebih lanjut tentang merpati pos, ada baiknya kalau anda mengetahui lebih dahulu asal-usul, jenis dan perilaku merpati pos. Dengan mengenali asal-usulnya dipastikan akan dapat diketahui sejarah munculnya merpati pos. Cerita-cerita menarik seputar merpati pos akan membuat orang semakin menyayanginya. Bagi yang ingin memelihara dan mengembang-biakkannya, pengenalan tentang jenis sangatlah perlu. Mengetahui jenis-jenisnya berarti mendapatkan suatu gambaran tentang jenis yang bakal dipilihnya nanti. Lagi pula dengan memahami perilakunya, akan semakin lengkaplah pengetahuan tentang merpati pos. A. Asal-asul dan Ragam Jenis Merpati Pos. Kemampuan terbang yang hebat dan naluri untuk pulang kekandang yang kuat dari merpati telah dimanfaatkan orang untuk tujuan-tujuan tertentu. Salah satu diantaranya adalah mengirimkan berita. Dari sinilah kira-kira muncul nama merpati pos. Tapi sekarang untuk keperluan serupa jasa merpati pos tidak diperlukan lagi. Kemajuan tehnologi telah menggantikan peran merpati pos. Meskipun demikian nama merpati pos tetap saja digunakan sampai sekarang. Dengan kemampuan yang dimilikinya merpati pos dijadikan suatu permainan atau kompetisi yang mengasikan dari penggemarnya. Sampai-sampai berdiri suatu organisasi yang dinamakan Perhimpunan Olah Raga Merpati Pos Seluruh Indonesia (POMSI). Organisasi ini dibentuk oleh para penggemar merpati pos pada tahun 1968. Dinegara-negara Eropa dan Amerika, Organisasi serupa telah lama dibentuk jauh lebih lama dibanding di Indonesia. Organisasi merpati pos mempertandingkan kecepatan terbang merpati dari jarak ratusan hingga ribuan kilometer. Dari jarak tersebut, merpati dilepas. Yang paling cepat kembali kekandang merupakan pemenangnya. Pada mulanya yang disebut merpati pos asli sebenarnya adalah Carrier Pigeon, berasal dari timur tengah. Jenis ini dikembangkan di Inggris lebih dari 400 tahun yang lalu. Carrier Pigeon mempunyai sosok gagah dengan bulu yang tipis dan kaku. Warna bulunya bervariasi ada yang merah, hitam ,coklat, kuning dan putih. Sikap berdirinya tegak dengan kaki panjang. Lehernya panjang dan silindris. Kulit disekeliling mata serta tonjolan dihidungnya tebal dan besar. Berat merpati ini bekisar 550 – 650 gram. Pada umur 1.5 tahun, Carrier Pigeon sanggup terbang dengan baik sampai jarak 200 Km. Selebihnya dia akan kepayahan, padahal jarak 200 Km bagi merpati pos sekarang (Modern Racing Pigeon) baru merupakan pemanasan. Untuk lomba jarak yang dipertandingkan dapat mencapai 1500 Km atau bahkan lebih. Oleh karena itulah kedudukan Carrier Pigeon saat ini diambil alih oleh Modern Racing Pigeon. Modern Racing Pigeon pertama kali ditemukan oleh orang Belgia melalui persilangan antara Carrier Pigeon dengan berbagai jenis merpati yang bersifat unggul seperti ulet dalam menemukan kandangnya, cerdas serta mampu terbang tinggi dan cepat. Sifat-sifat unggul ini digunakan untuk memperbaiki kekurangan Carrier Pigeon diantaranya terbang rendah dan cepat lelah. Jenis-jenis yang digunakan untuk memperbaiki itu antara lain Cumulet, Tumbler, Camus, Frill, Dragon, Owl dan lain-lain. Oleh karena ditemukan di Belgia, Modern Racing Pigeon selanjutnya disebut Belgian Homer yang akhirnya tersebar keseluruh dunia. Belgian Homer ini merupakan penerbang jarak jauh yang hebat. Sekarang dapat dikatakan merpati pos asli merupakan moyang dari Modern Racing Homer. Rupa dari burung ini berbeda dengan moyangnya. Ukuran tubuhnya lebih kecil denga berat berkisar antara 305 – 475 Gram. Tubuhnya lebih tampak manis karena hidungnya dan kulit disekitar mata yang kecil dan tipis. Selain itu bulunya pun lebih licin dan mengkilap dengan warna bervariasi seperti biru berselang hitam, merah berselang abu-abu, hitam, putih, cokelat dan bervariasi warna-warna lainnya. Burung ini bersayap serta berekor panjang dan kuat, sesuai untuk terbang cepat dan jarak jauh. Dibeberapa negara termasuk Indonesia merpati pos terus dikawin-silangkan untuk memperbaiki kemampuannya. Sekarang ini merpati pos yang sering keluar sebagai juara dalam suatu perlombaan bukan dari merpati-merpati import, tetapi merpati yang lahir di Indonesia meskipun mulanya memang burung Import. B. Perilaku Merpati Pos Semua merpati peliharaan, termasuk merpati pos merupakan keturunan burung dara karang (Columbalivia). Sewakti masih liar jenis ini bersarang di karang-karang. Itulah sebabnya ia disebut burung dara karang. Didukung oleh bentuk dan berat tubuhnya, merpati memang pantas mnjadi penerbang yang hebat. Sebagai pengetahuan dasar para penggemar merpati pos perlu mengetahui dan memahami mengapa burungnya berkemampuan terbang yang hebat. Untuk terbang burung merupakan satu-satunya hewan yang paling sempurna diantara mahluk yang sanggup terbang, termasuk manusia dengan mesin terbangnya. Bagian-bagian tubuhnya memang dirancang khusus sebagai jago terbang. Lihat saja bulu sayapnya. Adakah mahluk lain yang menyamainya? Manusia dengan pesawat terbangnya pun tidak pernah sanggup menyamai efesiensi dari bulu sayap dalam fungsi sebagai alat terbang. Bulu sayap ini begitu kuat, tetapi sangat elastis pada ujung-ujungnya. Dan istimewanya ia hampir tanpa bobot. Bulu sayap yang begitu ringan masih didukung pula dengan kekuatan otot penggerak yang luar biasa. Perhatikan tulang dada merpati. Bentuknya tampak seperti lunas kapal. Ada maksud tersembunyi dari bentuk seperti ini yaitu untuk menyediakan tempat yang luas bagi otot terbangnya. Bisa anda lihat, otot terbesat dari otot-otot tubuhnya adalah otot dada yang berfungsi untuk menggerakan sayap. Otot dada ada dua macam yaitu otot dada besar dan otot dada kecil. Masing-masing berfungsi menurunkan dan mengangkat sayap dalam gerakan terbang. Tugas dari otot dada besar lebih berat dari otot dada kecil. Hal ini menyebabkan serat ototnya menjadi lebih besar. Disamping itu masih ada lagi yang mendukung kemampuan terbangnya. Struktur tulangnya yang berongga menjadikan tubuhnya begitu ringan. Kerja keras dari otot-otot terbang menjadikan tubuh merpati cepat kekurangan oksigen dan suhu tubuh naik tak terkendali. Namun tubuh merpati telah menyediakan suatu sistem pengaman. Kantong-kantong udara yang banyak terdapat didalam tubuhnya telah membantu kerja paru-paru dalam penyediaan oksigen untuk keperluan terbang. Selain itu, kantong udara itu bertugas mengendalikan suhu tubuh agar tetap normal sewaktu terbang. C. Penyebab Timbulnya Perilaku Seperti halnya manusia perilaku merpati merpati juga beragam. Namun perilakunya tidak sama dengan manusia yang berakal dan berpikiran sempurna. Perilaku merpati pada dasarnya disebabkan oleh adanya dua kebutuhan pokok yaitu makan dan kawin. Oleh karena kedua kebutuhan inilah mereka berperilaku. Pada garis besarnya, perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku bawaaan (Natural Behaviour) dan perilaku yang didapat dari belajar (Learning Behaviour). Perilaku bawaan dapat disebut juga naluri. Perilaku ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya tanpa melalui suatu proses latihan atau belajar. Contoh Natural Behaviour untuk merpati antara lain sifat monogami serta kebiasaan tidak mau membuat sarang dipohon. Sekalipun merpati dipisahkan dari induknya sejak kecil dan dipelihara dalam suatu kondisi tertentu setelah dewasa ia akan tetap bersifat monogami dan tidak mau membuat sarang di pohon tanpa pernah ada yang mengajarkan berperilaku demikian. Lain halnya dengan perilaku yang didapat dari belajar perilaku ini tidak pernah dimengerti tanpa adanya proses belajar. Contoh Learning Behaviour diantaranya adalah kemampuan merpati mengenali tanda sewaktu melakukan latihan terbang dan mengenali jadwal makan yang ditetapkan oleh pemeliharanya. Tanpa adanya suyatu latihan hal-hal semacam, ini tidak akan pernah dimengerti oleh merpati. Untuk melatih binatang agar berperilaku tertentu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang kemapua dasar binatang tersebut. Kemampuan dasar ini mutlak diperlukan sebagai syarat berhasil tidaknya latihan yang akan diberikan. Tanpa adanya kemampuan dasar perilaku yang diharapkan tidak akan pernah dikuasai oleh binatang yang akan dilatih. Suatu contoh oleh karena merpati berkemampuan terbang yang hebat dan naluri untuk pulang kekandang sangat kuat dia bisa dilatih untuk menemukan rumah atau kandangnya dari jarak yang cukup jauh. Apa yang terjadi seandainya merpati tidak berkemampuan dasar seperti itu? Sebut saja burung PUTER yang tidak berkemampuan dasar seperti merpati yaitu kemampuan pulang kekandang. Sekalipun dia hebat terbangnya, tetapi jika dilepas jangan diharapkan akan pulang kekandang. Perlukah latihan untuk burung semacam ini? Natural Behaviour dan Learning Behaviour dikontrol oleh dua sistem yang berada didalam tubuh merpati yaitu sistem saraf dan sistem endokrin (hormon). Akibat adanya rangsangan kedua sistem itu saling bekerja sama untuk menghasilakn suatu perilaku. Seekor merpati jantan dewasa perilaku seksualnya akan dirangsang oleh kehadiran betina. Rangsangan itu diterima oleh mata. Dan melalui saraf, rangsangan diteruskan ke otak. Selanjutnya rangsangan itu mempengaruhi bagian tertentu dari otak untuk memerintah sistem endokrin agar menghasilkan hormon seks. Dengan diproduksinya hormon seks pada tubuh merpati jantan menyebabkan dia berperilaku tertentu saat melihat betina. Seandainya bisa ditarik kesimpulan melatih binatang untuk berperilaku tertentu sebenarnya hanyalah untuk mengembangkan kemampuan dasar binatang bersangkutan, termasuk juga merpati. Berawal dari sisnilah para pengemar merpati pos menerapkan latihan-latihan untuk burung-burungnya entah sadar atau tidak.

BROADBAND VS PIGEON

BROADBAND VS PIGEON Ingatkah Anda dengan merpati pos? Ya, burung ini sudah digunakan sejak zaman romawi kuno untuk mengirimkan pesan jarak jauh. Burung merpati dipilih karena bisa dilatih, pintar, memiliki daya ingat yang kuat dan kemampuan navigasi yang jauh. Naluri alamiahnya yang bisa mengenali wilayah dan kembali ke sarang membuatnya jarang tersesat. Kemampuan merpati ini mengispirasi D. Waitzman pada tahun 1990 mengeluarkan dokumen RFC1149 – A Standard for the Transmission of IP Datagrams on Avian Carriers. Dokumen ini menerangkan sebuah eksperimen dengan membungkus Data kemudian mengirimkanya ke lokasi tertentu dengan bantuan burung. Dalam konsep ini, Data berupa informasi dengan format hexadecimal yang dicetak pada kertas kemudian digulung dan dibungkus dalam sebuah pipa, kemudian diikatkan pada kaki burung untuk dikirim ke daerah tujuan. Setelah sampai pada penerima, kertas dibuka dari pipa dan informasi didalamnya diterjemahkan. Pada tahun 1999, D. Waitzman kembali menerbitkan dokumen RFC2549 – IP over Avian Carriers with Quality of Service. Dokumen ini merupakan kelanjutan dari RFC1149 dengan menambahkan aspek kualitas pelayanan. Waitzman membagi tingkat pelayanan kedalam Concorde, First, Business, dan Coach dengan mengadopsi cara pelayanan dalam penerbangan komersil. Kelas Concorde dan First medapatkan pengiriman data yang lebih cepat. Dalam rancangan implementasinya, setiap burung akan dilengkapi dengan barcode pada sayapnya. Di setiap titik pemberhentian (disebut dengan router), setiap burung akan di-scan untuk mengetahui prioritasnya hingga terbentuk sistem antrian dengan burung yang lain. Anda mungkin berpikir bahwa kedua dokumen RFC (Request for Comment) diatas sulit diterima secara logis. Sebenarnya, kedua RFC tersebut adalah engineering humor. RFC adalah dokumen yang dikeluarkan oleh anggota IETF (Internet Engineering Task Force) yang biasanya digunakan sebagai standar pada jaringan Internet. Setiap tanggal 1 April mereka mengadakan April Fools’ Day RFC dengan menerbitkan dokumen RFC yang bersifat humor yang terkait dengan jaringan Internet. RFC1149 diterbitkan pada tanggal 1 April 1990 dan RFC2549 diterbitkan pada tanggal 1 April 1999. Eksperimen di Afrika Pada tahun 2009, sebuah perusahaan IT di Afrika Selatan, Unlimited IT, mengimplementasikan konsep Avian Carrier ini setelah mereka kecewa dengan kulaitas jaringan ADSL dari Telkom sebagai provider Internet terbesar disana. Eksperimen ini membandingkan pengiriman data sebesar 4GB antara jaringan ADSL Telkom dengan pengiriman menggunakan burung merpati dari kantor mereka di Howick ke kantor di Durban dengan jarak 60 km. Pada burung merpati, data disimpan dalam MicroSD dan diikatkan burung. Hasilnya, pengiriman data dengan burung merpati memerlukan waktu 2 jam 6 menit untuk mencapai kota tujuan dan selesai memindahkan data ke komputer, sedangkan transfer data pada jaringan ADSL hanya mencapai 4% dalam waktu yang sama. Apakah konsep Avian Carrier lebih baik dari jaringan Internet boardband? Menurut saya Tidak. Walaupun dengan konsep Avian Carrier bisa saja membawa data besar lebih cepat, tetapi banyak aspek yang harus di perhatikan dalam konsep transmisi data seperti keamanan, assurance, topologi, reliability dan lainnya. Beberapa kelemahan dari konsep ini antara lain: 1. Tidak ada jamiman terhadap keamanan data. Bisa saja naluri burung salah sehingga tidak sampi ke tujuan, atau ada ancaman dalam perjalanan seperti predator, cuaca, dsb. 2. Konsep ini hanya mendukung topologi unicast, yang berarti tujuan pengiriman hanya satu. Namun jika dunia mengalami krisis energi dimana jaringan transmisi data sangat bergantung pada energi listrik, maka kita bisa mengandalkan kosep Avian Carrier, kembali ke zaman dahulu menggunakan merpati pos.

Senin, 02 Januari 2012

Tips Melatih dan Merawat Burung Merpati Balap

Tips Melatih dan Merawat Burung Merpati Balap Masing2 orang punya caranya tersendiri. Yang bisa saya share mungkin hanya dasar2 pokoknya saja. Latihan : Dibagi menjadi 3 bagian. Latihan awal (piyik), latihan intermediate, dan latih tahap akhir (mempersiapkan lomba). Untuk latih piyik, point terpenting adalah : - Pengenalan seragam dan geberan - Pengenalan dan adaptasi suasana lapangan - Latihan terbang lurus langsung start melejit menuju geberan - Latihan mendarat/tembak dgn tepat pada geberan. Latihan piyik dilakukan berulang2 dari jarak sangat dekat dan sedikit2 ditambah jarak sampai piyik benar2 hapal seragam, adaptasi lapangan, terbang dgn lurus dan mendarat dgn tepat. Dilakukan 2-4 giringan dgn target jarak = max. 200mtr dalam 3-4 giringan. Usahakan jangan digandeng atau 'tersambar' burung lain. Geber dgn cara jongkok, geberan di tatak ditanah, tepat di depan joki. Latihan intermediate : Bila latihan piyik sudah 'lulus'. Maka dilanjutkan dgn tahap intermediate. Fokusnya adlh - pembentukan otot, - memantapkan jalur terbang (lurus, tidak melenceng kesamping) - Mengasah mental dgn sesama burung muda. Jarak lepas bisa ditambah sedikit drastis. Bisa tambah tiap 50mtr, atau 100mtr, tergantung kecerdasan burung. Harap diperhatikan jalur terbang harus lurus, tidak melenceng ke samping. bila jalur melebar kesamping, jarak lepas dikurangi utk kembali pada titik sebelumnya. Dgn bertambah jarak, otomatis burung berlatih stamina. Ototnya akan terbentuk. Porsi latihan harus sesuai. Tidak berlebihan. Sekali2 kegandeng musuh tdk apa2. Supaya membiasakan diri dan mengasah mental. Lama latihan = 4-5 giringan dgn target jarak s/d 1000mtr. Latihan akhir Fokus utamanya adalah : - Meningkatkan staminanya. - Mengasah mental. - Menyempurnakan jalur terbang. Dengan 'menggojlok' burung pada lepasan yg jauh (1000mtr), stamina akan terbentuk. Burung terbiasa utk terbang sampai 7-8X non stop. Silakan untuk dicoba gandeng dgn burung lain utk uji coba. Gandeng dimulai dari jarak 500mtr, dan terus berlanjut sampai 1000mtr. Dgn dicoba gandeng, maka mental burung akan terasah. Jalur terbang akan lebih sempurna. Nanti akan terasah kemampuan methil, sprint, pepet musuh, dll. Kalau semua ini sudah terlihat dgn stabil, maka burung siap dilombakan. Lama latihan = 2 giringan. Perawatan : Prinsipnya adalah : - Nutrisi dan gizi yg seimbang. - Pemulihan kondisi tubuh setelah latihan. - Mempersiapkan kondisi sebelum latihan. Setelah latihan, burung harus diberikan suplement supaya kondisi badan yg pegal2 bisa hilang. Ketika bertelur dan mengeram, harus dipastikan burung istirahat dgn cukup supaya kondisinya pulih kembali. Setelah cabut telur, burung harus siap secara fisik. Kondisi harus terus dikontrol dan dipastikan tidak ada masalah. Giring harus bagus. Betina harus sehat, dll.

WINGS THEORY

WINGS THEORY Saya sampaikan pendapat saya mengenai tulisannya Colin Walker ini. Saya sependapat tulisan Colin Walker ini sangat menarik dan dapat dikatakan sebagai rangkuman mengenai Wing Theory. Kalau ada sukarelawan yang mau membantu menterjemahkan, saya kira baik juga agar bisa dipahami oleh seluruh anggota milis. Tidak perlu diterjemahkan secara utuh, tetapi cukup point2 yang penting saja. Saya coba tanggapi pertanyaannya Mas Admin secara umum saja. 1. Peranan Karakter. Dalam teori breeding sudah kita bahas bahwa sebelum memulai breeding kita harus mempunyai konsep atau gambaran karakteristik burung yang akan kita produksi (misalnya burung yg terbangnya nggremet). Setalah itu, lalu kita mencari indukan yang sudah teruji mampu menghasilkan anakan yg terbangnya nggremet atau indukan yg teruji terbangnya nggremet. Kita tau bahwa karakter (termasuk mordant) merupakan turunan. Seperti juga pernah kita bahas, menurut Steven Van Breemen, karakter ini diturunkan kepada anaknya secara "intermediary", yaitu 1/2 dari sifat bapaknya dan 1/2 lagi dari ibunya. Ini artinya, kalau kita mau memproduksi burung yang terbangnya nggremet maka induk jantan dan betina harus punya karakter terbang nggremet. Karakter ini yang akan menentukan apakah burung MAU terbang tinggi atau tidak. Sementara apakah burung MAMPU terbang tinggi atau tidak ditentukan atau setidaknya dipengaruhi oleh fungsi anatomi dan energi yang dimilikinya. Penjelasannya, meskipun burung mempunyai kemampuan terbang tinggi, tetapi apabila anatomi atau perabotannya tidak mendukung (tidak efisien) maka akan membutuhkan tenaga yang lebih besar. Dan manakala cadangan energi yang dimiliki tidak mencukupi atau tidak mendukung, maka burung tersebut tidak akan MAMPU terbang tinggi. Khusus mengenai terbang nggremet, ada satu faktor yang tidak dibahas oleh Colin Walker, tetapi menurut saya sangat penting yaitu airsac yang menentukan cadangan oxygen. Argumentasi saya, semakin tinggi burung terbang, lapisan oxygen diudara semakin tipis. Contohnya, kalau kita berada di atas gunung nafas terasa lebih berat dibandingkan kalau kita di dataran rendah karena di dataran tinggi lapisan oxygennya lebih tipis. Selain itu, burung yang punya airsac bagus, kalau dipegang juga akan terasa lebih ringan. Faktor berat badan ini juga menentukan efisiensi penggunaan energy. Yang juga perlu diingat bahwa jumlah energy ditentukan oleh manusia yaitu dari cara pemberian pakan dan manajemen kesehatan. 2. Fungsi Bulu Sekunder dan Primer Seperti sudah dijelaskan oleh Colin Walker, bulu sekunder yang panjang, rapat (tebal) dan agak melengkung ke bawah akan memberikan daya angkat (lift) yang maksimal. Sementara sayap primer menentukan daya dorong (propulsion). Daya dorong yang maksimal akan dihasilkan oleh permukaan sayap primer (surface area) yang luas, yaitu bulu primer yang panjang, rapat dan ujungnya bulat. Permasalahannya, untuk menggerakan surface area sayap primer yang luas diperlukan energy yang lebih besar karena kepakan sayap menjadi lebih berat. Untuk berung long distance, maka sebaiknya 4 bulu primer terluar ujungnya lancip sehingga ada ventilasi. Dengan adanya ventilasi maka kepakan sayap menjadi lebih ringan dan penggunaan energypun menjadi lebih efisien. Bulu sekunder yang panjang, rapat dan agak melengkung hanya akan memberikan dampak mengangkat (lift) maksimal apabila didukung oleh adanya daya dorong (propulsion) yang besar. Kita lihat pesawat yang akan take off, maka sayap bagian dalam akan diturunkan dan kecepatan ditambah sehingga menimbulkan daya angkat (passive lift). Tetapi apabila bila sayap pesawat bagian dalam diturunkan dan kecepatan dikurangi, maka ia akan berfungsi sebagai rem. Jadi fungsi sayap sekunder sebagai alat untuk mengangkat (lift) ditentukan oleh besarnya daya dorong yang dihasilkan oleh sayap primer. Permasalahnya adalah mencari perbandingan yang ideal antara panjang sayap sekunder dan primer serta cadangan energy sehingga mampu menimbulkan daya angkat yang maksimal dengan energy yang tersedia/dimiliki. Di sini kita akan berhadapan dengan beberapa kemungkinan/skenario: a. Semakin panjang sayap sekunder, maka diperlukan sayap primer dengan permukaan sayap (surface area) yang semakin luas. Permasalahannya diperlukan energy yang lebih besar. Untuk mendeteksi permukaan sayap primer cukup luas adalah dengan melihat "step up" antara sayap sekunder dan sayap primer. Semakin besar step up, maka semakin luas permukaan sayap primer ( dengan catatan daun bulu lebar dan rapat). b. Apabila sayap sekunder pendek dan sayap primer panjang, rapat dan lar bulat diujungnya (terlihat dari step-up yang besar) maka burung akan terbang cepat tapi ketinggian akan lebih sulit dicapai. Type sayap ini cocok untuk burung sprinter (seperti merpati balap). Kalau burung dengan sayap seperti ini tetapi punya karakter nggremet, maka untuk mencapai ketinggian yg maksimal dibutuhkan tenaga yang lebih besar dan apabila tenaganya tidak mencukupi maka dengan sendirinya akan kehabisan tenaga. c. Permukaan sayap sekunder luas tetapi tidak didukung oleh sayap primer yang luas juga (akan ada "step-down" antara sayap sekunder dan sayap primer), maka ini jenis burung yang tidak cocok untuk terbang tinggi maupun terbang cepat. Mungkin lebih baik diafkir saja. Yang jadi pertanyaan adalah berapa cm step-up yang ideal??. Saya kira ini sangat relatif karena juga dipengaruhi oleh ukuran badan burung. Ada yang berpendapat sekitar 1/2 cm. Tapi menurut saya yang penting adalah ada step-up yang "noticeable"/terlihat nyata. Satu hal lagi yang menurut saya perlu diperhatikan adalah kualitas otot dan tulang sayap. Dengan kualitas otot yang baik, maka penggunaan energi juga akan lebih efisien. Sementara tulang sayap yang baik akan memberikan stabilitas kepakan. 3. Stay in the Air Saya kira pengertian stay in the air ini tidak hanya sebatas mampu terbang atau mampu diudara, tetapi juga mampu mempertahankan suatu ketinggian tertentu. Kita tau bahwa pada saat burung di udara dia kan tidak mandek (standstill) tetapi bergerak ke depan, baik mengepak ataupun tidak mengepak (mbaplang) karena ada dorongan angin. Apabila ada daya dorong dan burung MAU terbang tinggi (karena karakternya), maka dengan struktur sayap sekunder yang baik, ketinggian akan lebih mudah dicapai dibandingkan dengan burung yang sayap sekundernya kurang baik. Saya kira itu maksud dari statement-nya Mas Colin. Saya kira itu pendapat saya. Kalau keliru ya mohon diampuni. Ini hanya sebagai bahan diskusi yang mungkin ada manfaatnya. Salam. Hidung Besar atau kecilnya bentuk hidung biasanya menentukan insting untuk pulang kandang. • Hidung besar seperti burung merpati pos, insting untuk pulang kandang sangat kuat. Sampai ratusan kilo meter masih bisa pulang kandang. Jadi jangan berkecil hati burung merpati anda punya hidung besar. Terus apa sih kelemahannya burung merpati yang berhidung besar? Jawabannya adalah kalau terbang nya tinggi tapi tak bisa menukik. Burung merpati jenis ini di Bandung di sebut "rambon". Tetapi ada juga sih satu dua yang bisa melawan kodrat dengan bisa menukik 90 drajat dari ketinggian tertentu. • Hidung kecil atau pada umumnya merpati tinggian, insting pulang nya jauh lebih rendah dari pada merpati pos. Ini bisa dibuktikan banyaknya merpati tinggian atau dasar yang hilang saat diterbangkan. Walaupun dengan jenis warna bulu blorok, hitam atau megan sekalipun. Mata yang baik merah asem, atau kuning dengan lingkaran luar merah sekalipun. Tetap saja resiko hilang tetap ada. Ciri-ciri tua / muda nya seekor burung merpati bisa dilihat dari hidung: • Warna putih agak kemerahan dan terlihat basah: Ini burung muda sekali biasanya piyik atau piyik baru rampas. • Warna putih agak kemerahan tetapi tidak terlihat bash: Burung ini sudah dewasa dan siap untuk dimainkan sesuai dengan keahliannya. Artinya tinggian atau dasaran. • Warna putih tanpa kemerahan: Burung ini sudah mapan dan sudah tidak bisa dinaikan lagi kemampuannya. artinya kalau sudah dasaran yah dasaran terus kalau sudah tinggian yah tinggian terus. • Warna putih dan terlihat kering: Burung ini sudah tua alias tinggal diambil keturunannya saja. Tulang dada Tulang dada untuk merpati tinggian: • Lebar, dibandingkan dengan merpati pada umumnya. Berguna saat menukik dan tiba didarat dan menabrak sesuatu bisa tahan dan tidak mudah patah. • keras, dibandingkan dengan merpati pada umumnya.Berguna saat menukik dan tiba didarat dan menabrak sesuatu bisa tahan dan tidak mudah patah. • pendek, dibandingkan dengan merpati pada umumnya. Biasanya burung merpati dengan tulang dada pendek jarang sekali ngolembar/ngajepat. • Lurus, dibandingkan dengan merpati pada umumnya. Dari sekian banyak jago tinggian bisa dipastikan tulang dadanya berbentuk lurus. Saya sarankan untuk burung tinggian sebaiknya mempunyai ciri tulang dada lebar, keras, pendek, lurus. Tulang dada merpati dasar: • Lebar, keras, sedikit panjang tidak masalah • Tidak lebar tidak masalah.

Metode Ternak

Metode Ternak Buat rekan2 sekalian, ini ada sedikit artikel mengenai teknik2 breeding (beternak) dgn cara yg lebih sistematis sehingga bisa juga disebut sebagai ‘Rekayasa Genetika’. Tulisan ini dikutip dari sebuah artikel karangan Steven van Breemen berjudul Mini Course The Art of Breeding dari web site nya : http://www.stevenvanbreemen.nl/?Home Mr. Steven ini adalah penggemar merpati pos. Tapi sy rasa, cara ternaknya bisa juga diterapkan pada merpati balap atau tinggian yg ada di Indonesia. Terima kasih buat Pak Hermono yang telah meluangkan waktu menterjemahkan dan mengambil intisari dari tulisan tsb. Sebelum dilanjut, ada baiknya kita mengenal dulu beberapa kosa kata yg ada dalam artikel ini agar tdk terjadi salah penafsiran. Inbreed : Perkawinan antara dua individu yg memiliki hubungan darah sangat dekat. Yaitu : Ibu dgn anak, bapak dgn anak dan anak vs anak. Line breed : Perkawinan dua individu yg memiliki hubungan darah tidak terlalu jauh. Contoh : Kakek vs cucu, paman vs keponakan, dll. Cross breed : Perkawinan antara 2 individu yg tidak memiliki hubungan darah. Atau minimal hubungan darahnya terlalu jauh. Super breed : Individu yang selalu mampu menurunkan sifat2 terbaik pada keturunannya. Super racer : Individu yang diproyeksikan khusus untuk lomba. Berikut ringkasan Mini Course The Art of Breeding : Steven Van Breemen mengembangkan sebuah metode ternak yang disebut : "population genetics". Tujuan metode ini adalah membangun suatu populasi burung yang ada dalam kandang kita dengan ciri-ciri genetika yang kurang lebih sama (homogen). Misalnya, kalau kita punya 50 burung di kandang, maka semuanya mempunyai ciri kualitas karakter yang relatif sama (tentu tidak 100 % sama, tapi kalaupun berbeda tidak terlalu jauh). Dari kesamaan karakter ini, kita akan mampu memunculkan hasil ternak yang selalu stabil mutunya. Artinya, kita bisa mendapatkan stok super breeder unggulan yang pada akhirnya mampu memunculkan super racer. Metode ini merupakan pengembangan dari teori Gregory Mendel yg dimodifikasi. Aplikasinya dengan menggunakan prinsip Cross Breed, Inbreed dan Line breed secara sistematis dan tercatat dgn detail. Menurut Mr. Steven, bila kita sukses mengembangkan metode ini, maka kita akan ongkang2 kaki bisa menikmati hasilnya selama 20 tahun lebih…!! Teori population genetics hanya cocok diterapkan oleh breeder yang serius, konsisten dan mempunyai visi jauh ke depan. Jadi harus diawali dengan suatu angan-angan tentang kualitas burung yg nantinya ingin kita hasilkan. Berikut penerapannya di lapangan : Tahapan ternak berdasar teori ini : 1. Cross breed I -----> 2. inbreed -----> 3. line breed -----> 4. cross breed II 1. Cross breed I Sebelum mulai ternak, kita harus berkhayal dulu. Berkhayal tentang seperti apa typical karakter pembalap terbaik yang kita idam2kan. Bukan sekedar ikut2an hanya melihat burung2 juara yang ada. Burung juara belum tentu sempurna. Maka khayalan kita harus jauh lebih bagus dari sekedar burung juara. Agak idealis kelihatannya, tapi inilah cita cita yang harus dicapai, bagaimanapun sulitnya. Untuk cross breed I, carilah pasangan indukan sesuai dgn kriteria khayalan kita tsb. Memakai burung juara lebih dianjurkan. Tapi jangan asal comot!!!. Burung juara banyak ragam typikal kerjanya. Misalkan ingin punya burung dgn tembak keras, maka carilah burung juara yg tipikal kerjanya tembak keras. Kemudian cari juga pasangan betinanya yg keturunan burung tembak. Hasil dari cross breed 1 ini diharapkan muncul burung2 dgn karakter tembak keras secara merata pada anakannya. Cross breed 1 ini sy anggap tahap yg paling penting utk pondasi tahapan breeding berikutnya. Hasil anakan 75% harus rata karakternya. Ini untuk menghindari resiko besar pada tahapan breeding selanjutnya (inbreed), dan menghindari set back yg bisa membuang waktu percuma. 2. Inbreed : Tujuan inbreed adlh mencetak breeder (parental stock) yg menyatukan sifat2 positif yg dimiliki agar lebih kuat daya turun ke anaknya (dominan). Hasil inilah yg sy sebut 'investasi', modal dasar dan aset ternakan kita yg sangat berharga. Anakan hasil inbreed, biasanya tidak memiliki ‘vitalitas’. Yaitu rentan terhadap penyakit, dan fisik/staminanya loyo. Ini tidak menjadi masalah, karena tujuan utamanya adalah untuk parental stock, bukan untuk dijadikan pembalap. Sukur2 kalo ternyata hasilnya bisa jadi pembalap. Pada akhirnya, kurangnya vitalitas ini dapat diperbaiki melalui tahapan berikutnya. 3. Line breed : Setelah dapat modal dari inbreed, diperkuat lagi dgn line breed. Bila dipasangkan (misalnya) dgn paman yg punya tembak keras, hasilnya sudah bisa dipastikan : burung dgn karakter tembak sempurna yg sangat dominan. Mungkin inilah yg dimaksud oleh Steven sebagai 'super breed'. Yaitu burung yg memiliki daya turun breeding yg kuat thdp anak2nya. 4. Cross breed 2 : Super breed ini boleh dicoba utk disilang dgn burung dari trah lain (cross breed ke 2). Tujuannya utk menambah daya vitalitas dan menyempurnakan karakter. Kalau di cross dgn burung lain yg tembak keras, hasilnya pasti burung dgn tembak sempurna. Kalau di cross dgn burung yg sifatnya agak berbeda, -tembak sekedar rapi misalnya- maka tembak kerasnya tidak akan hilang. Justru kita berharap burung dgn tipikal tembak keras dan rapi. Inilah yang dimaksud Mr. Steven sebagai ‘Super Racer’. Beberapa prinsip yg harus dipahami : 1. Tujuan utama teori population genetics adalah untuk melestarikan karakter/sifat-sifat unggul dari indukan (untuk mudahnya kita pake saja istilah "geno-type") , bukan mempertahankan ciri-ciri fisik (feno-type). Dgn kata lain, tujuan teori ini adlh menciptakan ‘super ‘breeder’. 2. Inbreeding pada prinsipnya adalah upaya menggabungkan sifat-sifat/ karakter 2 burung yang berbeda, baik karakter yang positif maupun negatif. (Ingat, tidak ada burung yg sempurna). Oleh karenanya rumus inbreeding adalah "the best vs the best". Mas Breemen memakai istilah super breeder vs super breeder. Yang kedua, super breeder harus mempunyai karakteristik yg dapat mendukung "khayalan" kualitas burung yg ingin dihasilkan dari ternak kita. Misalnya kalau kita menghayalkan bahwa hasil ternakan kita harus galak, maka cari indukan yg galak. Kalau sekarang belum memiliki atau belum mampu memiliki indukan yg "ideal", menurut saya tidak perlu khawatir karena kualitas indukan dapat diperbaiki melalui cross-breeding. Mungkin ada yg bertanya, kalau kita sudah punya "super breeder" kenapa tidak itu saja diternak dan nggak perlu repot-repot pake teori population genetics?? Kalau tujuan kita ternak hanya jangka pendek memang teori population genetics tidak perlu, tapi seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan kita adalah jangka panjang. Perlu diingat bahwa super breeder yg kita punya suatu saat akan mati, mandul, atau sakit. Kalau ini terjadi maka kita kehilangan modal. Itu sebabnya banyak peternak besar yg gagal mempertahankan standard kualitasnya dan terus menurun. Dan banyak burung-burung juara yg terputus generasinya. 3. Cross-breeding yg pertama adalah pada saat awal memulai ternak dimana indukan berasal dari dua darah (strain) yg berbeda sedangkan cross-breeding yg kedua dilakukan dengan dua tujuan, yaitu apabila kita ingin memproduksi racer dan untuk memperbaiki kualitas darah yg sudah ada (menambahkan elemen baru atau "additive characteristics" yg sudah ada). 4. Aplikasi teori population genetics menuntut adanya sistem seleksi yg ekstra ketat. Beberapa waktu yg lalu ada pendapat yg mengatakan untuk bisa memakai sistem inbreeding, maka kita harus menjadi ahli "membunuh" burung. Istilah ini sebenarnya hanya untuk memberikan tekanan bahwa anakan yg akan melanjutkan generasi indukan harus diseleksi secara ketat. Myron Kulik menyarankan, pilihlah anak betina yg mirip bapaknya dan anak jantan yg mirip ibunya. Yang perlu dipahami, pengertian "mirip" disini bukan mirip secara fisik, tapi yg lebih penting adalah karakternya (tetapi kalau secara fisik juga mirip ya tidak apa-apa). Di sini lagi-lagi diperlukan "feeling" dan keahlian dalam melakukan seleksi. Agar kita bisa melakukan seleksi, misalnya untuk mengambil 1 pasang pada setiap generasi kita teteskan 5 pasang, lalu dari situ dilakukan seleksi untuk menentukan 1 pasang yg akan melanjutkan karakter moyangnya (ancestors). Semakin banyak pilihan yg akan diseleksi, akan semakin bagus. 5. Hasil inbreeding selalu ditandai dengan ciri-ciri kehilangan vitalitas (burung hasil inbreeding menunjukkan gejala penurunan vitalitas). Prof. Anker bahkan menegaskan bahwa semakin besar hilangnya vitalitas pada burung hasil in-breeding berarti effek dari inbreeding itu lebih bagus ( ). Burung hasil inbreeding tidak cocok untuk lomba, tapi hanya cocok untuk menjadi indukan (orang eropa biasanya beli burung bukan untuk dimainkan tapi untuk breeding. Turunanya nanti yang dimainkan. Vitalitas yang hilang itu akan didapatkan kembali apabila hasil inbreeding di-cross dengan burung lain. Inbreeding dimaksudkan untuk membangun sifat-sifat yang akan selalu diturunkan kepada turunannya (offspring), sedangkan cross-breeding untuk menambah sifat-sifat/ karakter yang sudah ada seperti menambah vitalitas dan kekuatan. Dengan in-breeding kita bisa memperbaiki kualitas yang jelek. In-breeding adalah pengurangan variasi atau keragaman. Semakin banyak/sering suatu darah tertentu (strain) dilakukan in-breed maka turunannya akan mirip satu sama lain. Menjodohkan bapak dan anaknya yg cewek atau ibu dengan anaknya yg cowok lebih efektif hasilnya dari pada menjodohkan kakak dengan adiknya (meskipun sama-sama in-breeding tapi sepertinya dampaknya berbeda). semoga bermanfaat salam

Warna bulu merpati

Warna bulu Karakter merpati menurut warna bulu Warna bulu setiap burung merpati merupakan salah satu untuk dasar untuk identifikasi. Misal seseorang yang memiliki burung merpati biasanya akan mengenal merpati kepunyaannya walaupun ditempatkan bersamaan dengan merpati lainnya dalam jumlah banyak. Tetapi dibalik itu semua warna bulu dapat juga menentukan karakter dari burung tersebut. Dibawah ini dijelaskan karakter dari setiap warna, walaupun dalam kenyataannya bisa saja berbeda dengan kenyataannya. Ciri-ciri / karakter merpati jika dikaitkan dengan warna bulu merpati dapat kita bedakan dan dapat disimpulkan dengan pernyataan dibawah ini. Catatan saja warna bulu merpati ini merupakan hasil pengamatan di daerah Bandung. Coklat: • Burung mudah dilatih gampang giring dan bisa ngeket, untuk terbang dasar/balap maupun tinggi sangat baik sekali, cocok dengan betina dengan bulu coklat juga, tetapi burung warna coklat gampang hilang. Maka berhati-hatilah jika punya burung warna coklat, jangan dipaksakan untuk terbang lebih dari 3x menerbangkan. Blorok / brontok: • Burung ini giringnya kurang baik, dijodohkan dengan betina warna bulu apa saja bisa. Kelebihan warna bulu ini adalah insting untuk pulang sangat baik untuk tinggian. Memang jarang burung seperti ini jago tinggian atau dasar, tetapi ada. Megan: • Burung ini giringnya baik, dijodohkan dengan betina warna bulu apa saja bisa. Kelebihan warna bulu ini adalah insting untuk pulang lebih baik dari blorok/brontok untuk tinggian. Burung seperti ini dapat terbang sangat tinggi dan stamina yang prima dan dapat diterbangkan -/+ 45 Km (tergantung latihan), tetapi kurang baik menukiknya, biasanya antara 75-80 derajat paling banter. Tetapi ada juga yang 90 derajat tetapi sangat jarang sekali Hitam meles: • Burung ini giringnya sedang-sedang saja, dijodohkan dengan betina warna bulu apa saja bisa. Kelebihan warna bulu ini adalah insting untuk pulang lebih baik dari blorok/brontok tetapi dibawah warna megan dapat diterbangkan dari jarak -/+ 35 Km. Untuk terbangnya, burung seperti ini dapat terbang tinggi tetapi tidak melebihi ketinggian terbang warna megan. Tritis: • Hampir sama dengan coklat, tetapi burung ini insting untuk pulangnya lebih baik daripada warna coklat. Dengan kata lain bahwa burung merpati dengan warna bulu tritis bisa dikatakan lebih cerdas dari pada merpati yang berbulu warna coklat. Putih meles: • Sangat jarang sekali warna putih meles jadi burung tinggi atau dasar yang unggul. Tetapi saya pernah melihat warna putih meles ini dapat terbang tinggi dan nukik 90 derajat. Warna putih meles cocok sebagai pemanis saat beberapa burung tinggi giring dan dikumpulkan betinanya dalam satu kurung. Plontang: • Bulu warna ini mudah dijodohkan terbang bisa tinggi tetapi jeleknya nukik-nya tidak konsisten alias kadang mau 90 derajat kadang tidak padahal giringnya sama. Warna plontang sangat cocok sebagai pemanis saat beberapa burung tinggi giring dan dikumpulkan betinanya dalam satu kurung. Klabu: • Burung dengan warna ini agak sulit dijodohkan, dilatih gampang giring dan bisa ngeket, sangat cocok untuk terbang dasar/balapi, cocok dengan betina dengan bulu klabu telampik, tetapi burung warna klabu gampang hilang jika dilatih untuk tinggian. Tlampik: • Tergantung warna dasar bulu. Kecuali selap 1 atau 2 dengan warna dasar coklat bisa lebih baik dari warna coklat meles. Baik untuk dasar atau tinggian. Beberapa opini mengatakan merpati yang berbulu tlampik seperti ini bisa dibilang baik dalam segala hal tetapi ini belum bisa dibuktikan secara umum. Karakter merpati menurut kering atau basah bulu. • Bulu basah dan cenderung seperti mengkilat hanya cocok untuk dasaran, sama sekali tidak cocok untuk tinggian, Kalaupun ada saya yakin ini sangat jarang. • Bulu kering sangat cocok untuk tinggian atau dasaran, tetapi sangat cocok untuk tinggian, coba perhatikan ditempat latihan / aduan burung tinggi, anda akan bisa membedakannya.

Kecepatan Terbang Merpati Pos

Kecepatan terbang Merpati Pos. Kecepatan VS Ketahanan Kecepatan terbang Merpati didalam latihan atau perlombaan selalu sama, yaitu dengan “KECEPATAN TERBANG NYAMAN” ( Comfortable Flight Velocity or CFV ) Merpati tak tahu kalau mereka sedang dalam perlombaan, juga tak tahu mereka ada dimana dan berapa jarak mereka dari rumah, jadi walaupun perlombaan ataupun latihan dan dalam jarak apapun, mereka akan terbang dengan “Kecepatan Terbang Nyaman” Sebelum dibahas lebih lanjut, kita harus percaya dan mengerti dasar kecepatan terbang merpati. Kita percaya dalam perlombaan kecepatan terbang merpati selalu dengan “Kecepatan Terbang Nyaman”. Definisi “Kecepatan Terbang Nyaman” adalah : Di hari pertandingan, merpati terbang di dalam kondisi cuaca yang cerah, tak ada angin, temperature sedang tidak terlalu panas, juga dalam kondisi tak ada segala gangguan dari luar dan kecepatan terbangnya dalam kondisi sebelum timbulnya kelelahan. Coba kita pikirkan, pada suatu hari yg cerah, kamu membawa burung ke jarak 50 km dari rumah dan melepaskan semua burung itu. Selanjutnya apa yg terjadi ? Semua burung2 itu akan terbang dan berputar putar diudara sebentar, kemudian akan serentak menuju kearah rumah dan akhirnya tiba dirumah bersama sama. Apakah kamu pernah terpikir kenapa bisa begitu? Ada 3 kemungkinan ; Kemungkinan semua merpati terbang dengan kecepatan yg sama, atau merpati yg terbangnya paling cepat sengaja memperlambat kecepatannya agar merpati yg lebih lambat dan rombongan bisa mengikuti ia, atau merpati yg terbang lebih cepat tetap sebagai pemimpin didepan sedangkan merpati yg tertinggal atau lebih lambat mengerahkan seluruh kekuatan terbangnya untuk mengikuti kecepatan pemimpin. Sekarang kita membahas 3 kemungkinan ini. 1. Kemungkinan semua merpati terbang dengan kecepatan yg sama, ** Mengapa mereka mau terbang dengan cara ini? 2 orang lomba lari kecepatan pasti tidak sama; 2 ekor kuda, 2 ekor kijang waktu lari bersama kecepatannya juga pasti berbeda, demikian juga 2 ekor kura kura yg sedang jalan dan 2 ekor ikan yg sedang berenang kecepatan mereka pasti berbeda. Oleh karena itu apa mungkin 2 ekor merpati terbang dengan kecepatan yg sama? Kalau mereka bisa terbang dengan kecepatan yg sama, ini bener bener mustahil ! 2. Merpati yg terbangnya paling cepat sengaja memperlambat kecepatannya agar merpati yg lebih lambat dan rombongan bisa mengikuti ia. ** Dari pengalaman, kita bisa melihat setelah merpati dilepaskan, sang Pemimpin akan terus terbang meninggalkan yang kurang sehat, yang mau bertelur atau yg terluka. Merpati yg tertinggal akan pulang ke rumah lebih lama. Jadi merpati yg menjadi pemimpin tak mungkin sengaja memperlambat kecepatan terbangnya agar menunggu temen2 mereka yg tertinggal walaupun ada pasangannya dibelakang, ia tetap tak akan memperlambat kecepatan terbangnya. Kesimpulan, merpati waktu terbang tak mungkin sengaja memperlambat kecepatannya agar temen2 mereka bisa mengikutinya. 3. Merpati yg terbang lebih cepat tetap sebagai pemimpin didepan sedangkan merpati yg lebih lambat mengerahkan seluruh kekuatan terbangnya untuk mengikuti kecepatan pemimpin. ** Ini adalah perkiraan yg mungkin paling bener. Merpati adalah hewan yg suka berkumpul bersama, pasti semua hobbyist pernah melihat merpati pos selalu terbang bersama sama. Yg terbangnya lebih cepat menjadi pemimpin sedangkan yg tertinggal akan berusaha terbang lebih cepat dari biasanya untuk mengimbangi kecepatan pemimpin. Ini berarti merpati pemimpin terbang tidak dengan kecepatan maximum, tetapi dengan kecepatan terbang yg bagi ia bisa terbang lebih lama dan nyaman. Ini yg kami sebut dengan “Kecepatan Terbang Nyaman”. Logika memberitahukan kita, merpati yg tertinggal akan terbang dengan kecepatan melebihi kecepatan Nyaman ia sendiri, untuk mengimbangi rombongan yg terbang lebih cepat. Ada apa hubungannya dengan perlombaan kecepatan? (Speed Race) Merpati terbang dalam latihan atau pertandingan di segala jarak akan tetap terbang dengan kecepatan nyaman. Merpati tak tahu kalau mereka terbang dalam perlombaan , juga tak tahu berapa jauh rumah mereka saat itu. Sebab itu diwaktu latihan atau perlombaan, dimana dan sejauh mana rumah mereka bahkan sejauh 1000 km, mereka akan tetap terbang dengan kecepatan nyaman, sampai mereka merasa lelah baru memperlambat kecepatan terbangnya. Tentu saja kita tak tahu dalam penerbangan pulang kerumah merpati akan menemukan hal hal apa di jalan. Tapi setelah kami mengumpulkan data data juara selama 10 tahun dan membuatkan jadi grafik, kami menemukan Merpati yg juara akan mulai memperlambat kecepatan terbangnya setelah terbang sejauh 700 km. Dibawah 700 km, kenyataannya semua kecepatan sang Juara tidak banyak perbedaan. Tentu saja harus diperkirakan semua kondisi cuaca sama pada hari perlombaan. Ada 1 hal yg sangat lucu, kami menemukan bahwa diperlombaan jarak dekat dibawah 200 km, kecepatan sang Juara rata2 lebih lambat dari biasanya, ini ada kemungkinan merpati membutuhkan waktu yg sama lamanya untuk menentu arah. Walau jarak perlombaan lebih jauh tetapi waktu yg dibutuhkan untuk mencari arah sama. Kita bisa membandingkan 5 menit untuk cari arah dengan perlombaan yg membutuhkan 2,5 jam penerbangan dan 5 menit untuk cari arah dengan perlombaan yg membutuhkan 5 jam terbang. Jakarta, 5 Maret 2005 Henry Gunawan Lang Lang Buana Data dari Dr.Wim Peters Dokter hewan yg sangat terkenal asal Afrika Selatan Pengarang: Feed to Win, Fit to Win, Born to Win

Cara Budidaya Lele

Cara Budidaya Lele Posted on October 9, 2010 by carabudidaya.com Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. I. Pendahuluan. Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu petani lele dengan paket produk dan teknologi. Peternakan Lele II. Pembenihan Lele. Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele. III. Sistem Budidaya. Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu : 1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya. 2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk. 3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi). Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele. IV. Tahap Proses Budidaya. A. Pembuatan Kolam. Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai : Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain. Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma. Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina. Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya. B. Pemilihan Induk Induk jantan mempunyai tanda : - tulang kepala berbentuk pipih - warna lebih gelap - gerakannya lebih lincah - perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung - alat kelaminnya berbentuk runcing. Induk betina bertanda : - tulang kepala berbentuk cembung - warna badan lebih cerah - gerakan lamban - perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat. C. Persiapan Lahan. Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi : - Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit. - Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan. - Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan. - Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele. Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah : - Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya. - Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama D. Pemijahan. Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele. E. Pemindahan. Cara pemindahan : - kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm. - siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang. - samakan suhu pada kedua kolam - pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring. - pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air. F. Pendederan. Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini. V. Manajemen Pakan. Pakan anakan lele berupa : - pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari. - Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya. - Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal. VI. Manajemen Air. Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik : - air harus bersih - berwarna hijau cerah - kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm). Ukuran kualitas air secara kimia : - bebas senyawa beracun seperti amoniak - mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C). Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2. VI. Manajemen Kesehatan. Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

Budidaya Ikan Cupang

Budidaya Ikan Cupang
Jikalau Anda penggemar atau penghobi ikan hias, cobalah membudidayakan ikan cupang sebagai alternatif penghasilan tambahan atau penghasilan sampingan. Karena modal yang dibutuhkan dalam pembudidayaan ikan cupang tidaklah besar, Anda hanya mengeluarkan modal sebesar Rp. 5.000.- s/d Rp. 10.000,- untuk sepasang ikan cupang, sebagai indukan. Sebagai wadah tempat ikan atau aquariumnya, Anda bida memanfaatkan bekas botol air kemasan yang tentunya Anda bisa mendapatkan dengan mudah di sekitar lingkungan rumah Anda. Untuk pakan ikan cupang tidaklah memerlukan pakan ikan yang mahal-mahal, cukup carikan nyamuk mati, jentik-jentik nyamuk atau sisakan beberapa serat daging dari lauk pauk yang kita makan sehari-hari. Tentunya Anda harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara mengawinkan ikan cupang hingga bertelur dan menetaskannya. Kembangkanlah lagi dengan cara mengawinkan anak-anak ikan cupang tersebut, pilihlah anak ikan cupang yang sehat dan mempunyai sifat genetis yang baik. Anda bisa menjual anakan ikan cupang ke pasaran dengan harga Rp. 1000,- per ekor. Dari sepasang induk ikan cupang bisa dihasilkan 100 s/d 200 anak ikan cupang. Anda bisa hitung sendiri berapa pemasukan yang Anda dapatkan bila Anda punya 10 pasang indukan. Lumayan, khan? Apalagi kalau Anda bisa menghasilkan ikan cupang kualitas aduan, kontes atau bahkan kualitas ekspor. Anda bisa mendapatkan ratusan ribu rupiah per ekor. Oleh wongbanyumas Siapa yang tidak mengenal ikan cupang? Ikan kecil yang sangat populer dikalangan para hobiis ini memiliki daya tarik tersendiri. Di pasaran terdapat dua jenis ikan cupang yakni cupang adu dan cupang hias. Varietas cupang hias dikenal dengan nama ilmiah betta splendens. Sedangkan cupang aduan ada berbagai macam varietas antara lain betta imbelis, betta rubra, betta unimacullata, dll. Namun kita akan membahas mengenai ternak cupang hias. Membedakan cupang hias dan cupang adu sangatlah mudah. Yakni dengan melihat penampilan fisik sang ikan. Pada ikan cupang hias memiliki sirip dan ekor yang indah berwarna-warni. Cupang hias tidak harus berbuntut panjang sebab saat ini telah lahir strain baru yakni jenis plakat. Cupang jenis plakat sepintas mirip dengan cupang aduan namun memiliki bentuk tubuh yang lebih indah dan warna yang cemerlang. Cupang aduan secara general memiliki ciri fisik dengan bentuk tubuh yang kurang menarik dan biasanya berwarna gelap. Prospek ikan cupang sebagai ikan hias sangatlah besar setiap harinya permintaan ikan hias ini cukup signifikan. Penikmatnya tidak hanya dikalangan anak kecil seperti jaman kakek kita kecil dulu. Ikan cupang kini digemari banyak orang dari berbagai usia, golongan dan segala lapisan segmentasi masyarakat. Pemasarannya tergolong mudah karena permintaan akan ikan ini terus mengalir. Serta jenis cupang hias juga sangat banyak, mulai dari jenis slayer, serit (crown tail), halfmoon, double tail/cagak, sampai jenis plakat. Ikan cupang memiliki tempat tersendiri dikalangan pecinta ikan hias. Perlu diingat bahwa ikan ini tidak mengenal musim seperti ikan louhan, diskus, tetra, dll. Krisis ekonomi seperti saat ini juga menuntut kita untuk memutar otak guna mencari penghasilan tambahan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menjadi breeder iakn cupang. Pekerjaan ini mungkin terlihat sepele bagi anda. Namun jika ini digarap dengan serius dan ketekunan, anda akan memperoleh hasil yang tidak mengecewakan. Ikan dari genus betta ini merupakan kerabat dekat gurami karena satu ordo yankni ordo labyrinth. Ikan cupang memiliki kemampuan untuk mengambil nafas langsung ke permukaan air. Hal ini berkat organ bernama labirin yang berada di insang iakan cupang. Sebenarnya beternak cupang sangatlah mudah ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menajdi seorang breeder yang sukses. Berikut ini tahapan proses breeding ikan cupang sampai pada proses penjualan. 1. Pemilihan induk Pemilihan induk merupakan tahap paling penting dan menentukan dalam proses breeding. Karena indukan yang berkualitas akan menghasilkan anakan yang berkualitas pula. Berdasarkan pengalaman penulis hendaknya dalam memilih calon induk dilakukan pada ikan yang berumur diatas delapan bulan. Sebab ikan yang sudah berumur delapan bulan memiliki kematangan seksual secara sempurna. Organ seks ikan sudah dapat menghasilkan gonad dan sperma yang berkualitas. Lebih baik jika indukan betina yang akan memijah adalah betina yang masih perawan atau belum pernah bertelur. Selama kurang lebih dari sepuluh tahun menggeluti seluk beluk ikan hias ini penulis menemukan fakta bahwa dari indukan yang berkualitas hanya menghasilkan 70% anakan yang berkualitas pula. Oleh karena itu jangan main-main dalam pemilihan calon indukan. Indukan yang baik adalah indukan yang telah matang secara seksual sehingga tingkat keberhasilan dan angka tetas dapat mencapai 80%-90%. Jikia pemilihan induk dilakukan secara sembrono maka hasil yang akan kita terima juga akan sangat tidak memuaskan. Berikut ini ciri-ciri indukan yang baik dan siap kawin: a. Pejantan 1) Telah mencapai usia delapan bulan. Dapat ditandai dengan ukuran yang sudah melebihi enam senti meter. Atau melihat pangkal ekor yang kekar. 2) Memiliki bentuk fisik yang bagus. 3) Memiliki mental yang berani. 4) Memiliki warna yang cerah dan cemerlang. 5) Sering membuat gelembung busa di permukaan air. 6) Gerak-gerik yang genit ketika melihat cupang betina b. betina 1) mencapai usia yang cuku yakni delapan bulan. Ditandai dengan perutnya yang gendut. 2) Memiliki bentuk fisik yang bagus. 3) Memiliki warna cemerlang serta sirip yang tegas. 4) Tubuh ikan berubah warna menjadi garis-garis transparan seperti zebra. 5) Bintik putih pada abdomen yang menjendol tanda telur siap dibuahi. Kebanyakan breeder pemula seringkali tidak mampu membedakan antara pejantan dengan betina. Sehingga seringkali terjadi breeder tersebut mencampurkan ikan dari jenis kelamin yang sama. Tentu saja hal ini akan mengakibatkan ikan akan berkelahi sehingga ekornya menjadi rusak. Sebenarnya sangatlah mudah untuk membedakan pejantan dengan betina. Cupang betina memiliki bentuk tubuh yang kurang menarik dan tidak simetris; ekor cupang betina juga kurang menarik dan pendek; warna cupang betina kurang cemerlang jika dibandingkan dengan cupang pejantan. Cupang pejantan sebaliknya dan memiliki ekor panjang dan indah serta warna yang cemerlang. Penulis juga melarang breeder pemula untuk tidak mengawinkan ikan dari satu induk yang sama. Hal ini akan menghasilkan anakan yang cacat secara genetik dan biasanya warna yang dihasilkan tidak indah. Cacat genetik ini diakibatkan karena kerusakan genetik ysng disebabkan oleh pengumpulan kromosom. Jika indukan berasal dari satu induk maka kromosomnya akan berkumpul yang pada akhirnya segala cacat bawaan yang mungkin ada akan diturunkan pada anakan. Hendaknya bakalan indukan berasal dari induk yang berbeda. Lebih baik lagi jika anda melakukan perkawinan silang dari jenis dan warna yang lain. 2. Persiapan pemijahan Setelah melakuan pemilihan bakal indukan kita juga harsu mempersiapkan calon indukan dengan baik. Agar nantinya ketika sudah dikawinkan ikan tersebut akan memijah dengan sukses tanpa gangguan. Indukan terpilih hendaknya dipisahkan dan diberikan perlakuan khusus. Paling penting adalah memberikan pakan tambahan yang bergizi bagi indukan cupang. Breeder juga harus mempersiapkan tempat yang akan dijadikan tempat memijah. Banyak benda yang dapat dijadikan sebagai wadah tempat memijah. Paling efektif dan baik adalah dengan menggunakan aquarium sebab kita dapat memantu aktivitas ikan dari berbagai sudut. Mengenai ukuran aquarium yang akan dipergunakan sebenarnya tidak ada standar baku. Penulis menganjurkan ukuran minimum menggunakan akuarium ukurang 30x40x30 (PxLxT). Ukuran tersebut tidak terlalu lebar juga tidak terlalu sempit. Wadah seperti bak fiber, drum bekas, maupun galon bekas juga dapat dipergunakan. Sang pejantan kita letakkan di aquarium tersebut selama satu minggu dan diberikan pakan jentik nyamuk. Lakukan treatmen ini selama satu minggu sampai pejantan tersebut birahi yang ditandai dengan gerakan genit serta mengeluarkan busa. Ikan betina sebelum proses perkawinan diberikan pakan jentik nyamuk untuk mempercepat pematangan sel telur. Peringatan agar tidak memberikan pakan cacing sutera kepada indukan yang sedang dipersiapkan. Kandungan lemak yang tinggi akan menyulitkan ikan ketika mengeluarkan telur. Dikhawatirkan angka keberhasilan tetas akan berkurang. Pastikan juga indukan dalam keadaan sehat yang ditandai dengan gerakan yang lincah serta nafsu makan yang tinggi. Untuk mencegah penyakit berikan pencegahan dengan meneteskan metil biru kedalam aquarium. Aquarium yang akan digunakan juga hendaknya harus bersih baik dari jamur maupun bakteri yang dapat membawa penyakit pada anak cupang. 3. Proses pemijahan Jika kedua calon indukan indukan tersebut diberikan perlakuan khusus maka pemijahan dapat dilakukan. Sebenarnya tidak ada jangka waktu baku untuk menyiapkan bakal indukan. Jika memang sudah terlihat siap sebaiknya pemijahan segera dilakukan. Pejantan yang diletakkan dalam aquarium pemijahan bila sudah membentuk busa-busa tempat meletakkan telurnya sudah dapat dilakukan pemijahan. Namun kita tidak bisa langsung memasukkan cupang betina ke dalam aquarium. Selayaknya manusia ikan cupang juga perlu pendekatan/perjodohan. Perjodohan dilakukan agar ikan langsung kawin. Kebanyakan ikan yang tidak joodoh akan berkelahi satu sama lain dan pemijahan akan gagal. Proses perjodohan bertujuan agar masing-masing dapat mengenal pasangannya. Penjodohan dapat dilakukan dengan memasukkan betina ke dalam toples atau botol. Kemudian toples atau botol tersebut dimasukkan ke dalam aquarium pejantan. Biarkan pejantan mengamati betina tersebut dan betina saling memandang. Apabila masing-masing memperlihatkan reaksi positif, dimana pejantan akan berlenggak-lenggok genit serta betina berubah warna menjadi sepertii zebra. Ikan betina dapat segera dilepaskan secara perlahan ke dalam wadah. Pejantan akan menghampiri betina dan menari-nari di hadapan cupang betina. Cupang betina akan merespon rayuan tersebut dengan berjalan malas dan mengikuti ke arah mana pejantan berenang. Jika waktunya telah tepat maka pejantan akan mengajak betina untuk kawin. Biasanya perkawinan terjadi pada waktu waktu dingin. Menurut pengalaman selama ini perkawinan terjadi pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00 dan sore hari pukul 14.00-17.00. sebelumnya kita juga harus memberikan fasilitas tempat pejantan meletakkan telurnya. Kita dapat menggunakan daun pisang yang dipotong kecil ataupun daun singkong. Media tersebut harus mengambang karena akan menjadi tempat busa yang dikeluarkan oleh pejantan. Penulis tidak menganjurkan untuk menggunakan tanaman air karena akan mempersulit pejantan untuk memungut telurnya. Perkawinan terjadi apabila pejantan memeluk erat betina hingga membentuk bola. Setelah bergelung membentuk bola kedua ikan ini akan lemas untuk beberapa saat. Betina mengeluarkan telur dari perutnya berwarna putih kecil seukuran pasir. Saat itulah pejantan membuahi dengan mengeluarkan sperma ke telur yang keluar tersebut. Sekali mengeluarkan telur betina mampu mengeluarkan lima belas telur. Pejantan kemudian dengan sigap memunguti telur yang jatuh menggunakan mulutnya, dengan lembut dan penuh kasih sayang. Lalu telur-telur tersebut diletakkan pada busa yang sudah dipersiapkan pada pejantan. Telur akan melekat dan disimpan di dalam busa sang pejantan. Peristiwa ini akan berlangsung beberapa kali selama beberapa menit sampai pada akhirnya betina kehabisan telur dalam perutnya. Lazimnya ketika proses perkawinan sang betina sering mamakan telurnya sendiri. Oleh karena itu sediakan pakan yang cukup dalam aquarium berupa jentik nyamuk atau cacing sutera. Hal ini untuk mengurangi sifat kanibal indukan betina. Proses perkawinan usai ditandai dengan diusirnya betina dari wilayah perkawinan. Pejantan dengan sigap menghalau betina agar tidak memakan telur yang telah tertata rapi diantara busa sarang. Disinilah peran anda sebagai breeder untuk mengangkat betina dari aquarium. Lakukan dengan perlahan dan jangan sampai menimbulkan riak besar yang dapat merusak sarang busa. Setelah diangkat betina tersebut dapat diistirahatkan di tempat lain dan diberikan pakan yang cukup. Betina yang telah kawin dapat digunakan sampai dua kali pemijahan kembali. Hal ini karena betina yang telah kawin berkali-kali (maksimal empat kali) akan mengalami penurunan kualitas telur. Kuantitas maupun kualitas dari telur akan berkurang sehingga akan merugikan kita sebagai breeder. Angka keberhasilan tetas juga menurun sebab telur pertamalah yang terbaik. Setelah tidak terpakai hendaknya betina tersebut jangan dibuang. Bagi sebagian besar breeder top betina adalah kunci untuk mendapatkan cupang berkualitas unggul. Mereka biasanya melemparkan betina yang telah habis untuk menjadi santapan arwana atau ikan lou han. Tujuannya adalah untuk menjaa kualitas dan persaingan dengan breeder lain. Nantinya ikan yang dihasilkan breeder tersebut tidak ada yang menyamai dan ujung-ujungnya pada keberadaan stok ikan yang mempengaruhi harga jual di pasaran ikan hias. 4. Pembesaran anak Setelah proses perkawinan dilalui dan induk betina sudah diangkat dari aquarium. Kini tugas pejantan untuk menjaga anaknya sampai menetas. Sang pejantan akan terus siaga berjaga dibawah sarang busa yang berisi telur. Pejantan juga akan memunguti telur yang jatuh dan meletakkan kembali dalam sarang busa. Perilaku pejantan ini bertentangan dengan sikapnya terhadap cupang lain. Cupang dewasa dikenal sebagai ikan yang suka berkelahi. Di luar negeri ikan cupang dikenal dengan nama fighting fish alias ikan petarung. Tiga hari pasca perkawinan telur-telur akan berubah menjadi cupang. Awalnya telur berwarna putih tersebut akan memiliki mata, kemudian ekornya terbentuk dan pada hari ketiga cupang anak (burayak) terbentuk. Burayak tersebut belum dapat berenang dengan baik. Seringkali pejantan memunguti anakan yang berenang terlalu jauh dari sarang. Pejantan akan menjaga sampai burayak mampu berenang sendiri. Apabila terlihat burayak sudah mampu berenang maka pejantan diangkat dari aquarium. Selanjutnya istirahatkan pejantan. Pada minggu pertama burayak tidak perlu diberi makan karena masih memiliki cadangan makanan dari kuning telurnya. Selanjutnya burayak diberi pakan dengan makanan yang kecil sesuai ukuran mulutnya. 5. Pemberian pakan Proses pemberian merupakan tahapan yang sangat penting karena menentukan kelangsungan hidup anakan. Ketika berumur tiga hari kantung telur yang dimiliki oleh burayak mulai habis. Sehingga burayak akan membutuhkan suplai makanan. Biasanya para peternak memberikan pakan dengan tepung artemia salina. Namun penulis biasa menggunakan kutu air halus yang diperoleh dengan mengkultur sendiri. Hasilnya burayak akan cepat tumbuh besar. Bahkan ada beberapa peternak memberikan pakan dengan kuning telur rebus. Kuning telur nantinya akan hancur terkena air sehingga burayak akan melahap kuning telur tersebut. Setelah berukuran cukup besar anakan ikan dapat diberi pakan cuk atau cacing sutera. Setiap pakan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. a. cacing sutera/tubifex worm Pakan ini termasuk sangat disenangi oleh ikan. Cupang yang sering mengkonsumsi cacing sutera pertumbuhannya menjadi sangat pesat. Cacing sutera memiliki kandungan lemak yang sangat tinggi. Resiko yang mungkin timbul adalah kegemukan pada cupang. Bagi cupang betina terlalu banyak makan cacing mengakibatkan sulit bertelur. Cacing sutera biasanya didapatkan dari selokan yang mengalir. Oleh karena itu sebelum diberikan pada ikan kita hendaknya dibersihkan dan diberikan antibiotic. b. cuk Pakan yang merupakan anak nyamuk. Ncuk memiliki kandungan protein yang tinggi. Cuk sangat baik untuk mencerahkan warna cupang dan mematangkan sel telur indukan betina. Cuk juga sangat mudah didapatkan di sekitar lingkungan kita. Sayangnya cuk juga mengundang bibit penyakit yang disebabkan oleh nyamuk dewasa. Cuk yang sudah bongkok sebaiknya tidak diberikan kepada cupang karena kandungan gizinya sudah berkurang. c. kutu air kutu air yang termasuk pada keluarga udang-udngan renik sangat sering ditemukan di genangan air. Kutu air akan mudah ditemukan pada perairan yang mengandung ganggang dan alga. Pemberian kutu air dapat memperlebar sirip ikan kesayangan kita. 6. Penyortiran Setelah ikan berubuh satu setengah bulan dapat dilakukan penyortiran. Ikan yang disortir adalah pejantan yang berkualitas baik. Ikan yang berkualitas dicirikan dengan bentuk fisik yang proporsional, sirip yang lebar, warna yang cemerlang. Proses penyortiran bertujuan agar sirip ikan tidak rusak akibat berkelahi. Selnjutnya cupang dapat ditempatkan pad akuarium soliter ukurang 15x15x20. jika tidak ada aquarium maka dapat menggunakan botol selai ataupun botol bekas air mineral. Penyortiran dilakukan secara perlahan agar anakan tidak mengalami stress. Pisahkan antara pejantan yang berkualitas baik dan pejantan yang kurang berkualitas. Nantinya pengklasifikasian ini akan menentukan harga jual ikan. Semakin berkualitas maka harganya juga akan semakin mahal di pasara. Ikan betina tidak perlu disortir. Mereka dapat dikumpulkan secara bersama dalam satu wadah. Penyortiran ikan betina dilakukan apabila kita akan mempersiapkan induk. SELAMAT MENCOBA…